Jumat, 02 Februari 2018

PD Jamaah Rifaiyah Gelar Seminar Nasional tentang Perjuangan Pahlawan Nasiolan Asal Kendal KH Ahmad Rifai




PD Jamaah Rifaiyah Kabupaten Kendal menggelar Seminar Nasional tentang Perjuangan K.H. Ahmad Rifai, Pahlawan Nasional asal Kendal. Kyai Rifai lahir di Tempuran Kota Kendal tahun 1786 dan wafat di Manado Sulawesi Utara tahun 1859. Seminar yang diadakan di Pendopo Kabupaten Kendal Kamis 9 November 2017 menghadirkan narasumber tunggal Guru Besar UIN Walisongo Semarang Prof. Dr. Abdul Jamil, M.A.

Ketua Angkatan Muda Rifaiyah Kab Kendal, Parno, selaku Ketua Panitia Seminar mengatakan, seminar digelar untuk memperingati Hari Pahlawan 10 November 2017. Tujuannya agar masyarakat, khususnya masyarakat Kabupaten Kendal mengetahui perjuangan Pahlawan Nasional KH Ahmad Rifai yang yang lahir di Tempuran Kendal. “Sebagai warga Kendal harus mengetahui perjuangan Kyai Rifai sebagai pahlawan nasional asal Kendal,”harapnya.

Dikatakan oleh Prof Abdul Jamil, bahwa dalam konteks kewilayahan, hadirnya Kiai Rifai adalah aset daerah Kendal yang mendapat pengakuan sebagai Pahlawan Nasional tahun 2004, karena jasanya sebagai pemikir dan penulis Islam yang dikenal karena pernyataan anti pemerintah kolonial Belanda. Buku karyanya mencapai 69 buah, yang sebagian besar ditulis dengan bahasa nazam, dengan tujuan agar mudah dihafal oleh santri-santrinya. Selain itu ditulis dengan Bahasa Jawa untuk menyesuaikan dengan kondisi santrinya yang tidak semuanya mengerti Bahasa Arab. “Karena tulisan Kiai Rifai dianggap bisa mengancam pemerintah kolonial Belanda, maka Kiai Rifai diasingkan ke Ambon, kemudian dipindahkan ke Minahasa hinggah wafat,”katanya.

Prof Abdul Jamil mengatakan, Kiai Rifai lahir di Tempuran Kota Kendal tahun 1786 dan wafat di Manado Sulawesi Utara tahun 1859. Ketika di Jawa, Kyai Rifai aktif melakukan dakwah ke beberapa daerah Kendal, Batang dan Pekalongan. Beliau dikenal sebagai pemikir dan penulis buku. Buah tuliasannya ada yang dianggap bagi pemerintah kolonial Belanda saat itu, bisa mengancam kewibawaan pemerintah kolonial Belanda, sehingga diasingkan ke Ambon, kemudian dipindah ke Manado Sulawesi Utara hingga akhir hidupnya.


Bupati Kendal dr Mirna Annisa dalam sambutan tertulisnya berharap, dengan adanya seminar ini, akan membuka semangat kepahlawanan agar nilai-nilai perjuangannya tidak dilupakan, tapi sebagai pemberi inspirasi dan semangat kepahlawanan serta menjadi idola bagi generasi penerus. “Memperingati Hari Pahlawan ini untuk mengenang para pendahulu dengan segenap pikirannya, sehingga bisa meraih kemerdekaan,”harapnya.

Pahlawan Nasional KH Ahmad Rifai asal Kendal ternyata memiliki banyak keturunannya yang tinggal di Manado Sulawesi Utara. Hal ini disampaikan oleh salah satu keturunan Kiai Rifai yaitu Iskandar Rifai yang menjadi dosen di Menado yang hadir pada Seminar Nasional. Mengetahui jamaah Rifaiyah di Kab Kendal, Iskandar menginginkan agar anak cucu keturunannya bisa belajar di Kendal. Harapannya agar bisa mengetahi tentang ajaran-ajaran dari Kiai Rifai lebih mendalam. “Jamaah Rifaiyah di Manado tidak sebesar di Kendal, maka Kami berharap agar anak-anak keturunan Kiai Rifai bisa menuntut ilmu di Kendal,”ucapnya.

Seminar dalam rangka memperingati Hari Pahlawan yang diadakan oleh PD Jamaah Rifaiyah Kendal tidak hanya dihadiri jamaah dari Kendal, tapi banyak dihadiri jamaah Rifaiyah dari berbagai daerah di Indonesia. Ketua PD Rifaiyah Kab Kendal, Nurudin mengatakan, jamaah Rifaiyah di Kab Kendal memiliki cabang di 22 desa dari 7 kecamatan. Sedangkan di tingkat wilayah sudah memiliki cabang di 24 provinsi. “Jamaah Rifaiyah bergerak di bidang keagamaan dan sosial. Memiliki pesantren dan sekolah mulai dari SD sampai SMA,”ujarnya.


KENDAL - Kabupaten Kendal selain menyimpan potensi kekayaan alam besar ternyata melahirkan sejumlah tokoh kemerdekaan khususnya dari kalangan ulama. Salah satunya adalah KH. Ahmah Rifa'i ulama pejuang yang gigih melawan Belanda saat Indonesia masih dalam masa penjajahan. Pemkab Kendal menggelar seminar nasional, Kamis (9/11), tentang KH Ahmad Rifa'i dan sejarah perjuangannya. di pendopo Pemkab yang diikuti 1500 orang sebagian besar dari jamaah Rifaiyah.

Wakil Bupati Kendal Drs. Masrur Masykur dalam sambutannya mewakili Pemkab Kendal mengharapkan supaya perjuangan KH Admad Rifai menjadi teladan agar masyarakat Kabupaten Kendal juga memiliki semangat perjuangan dan kegigihan yang sama untuk memajukan Kabupaten Kendal dalam berbagai bidang sehingga turut memajukan bangsa Indonesia pula.

Dikatakan Wabub, di bumi Kendal ini, seorang yang gigih dalam melawan penjajahan Belanda, yaitu bernama KH. Ahmad Rifa’i dilahirkan di Desa Tempuran Kaliwungu Kabupaten Kendal. Namun perlawanannya itu dilakukan melalui proses pembinaan kepada masyarakat, yaitu dengan menanamkan keyakinan keagamaan melalui tablig keliling di daerah-daerah Kendal. Dalam dakwahnya dia tidak hanya menyampaikan masalah-masalah agama, tapi juga sosial kemasyarakatan.
Ternyata sikap dan semangat yang diajarkan Kyai Rifa'i itu benar-benar meresap di hati masyarakat. Karena ajarannya mengancam eksistensi Belanda, akhirnya Kyai Rifa'i diasingkan ke Ambon. Setelah itu, beliau dipindahkan ke tahanan Kampung Jawa di Tondano Kabupaten Minahasa, Manado, Sulawesi Utara sampai wafat dan dimakamkan di sana.

Atas jasa-jasa dan pengorbannya tersebut, pada Tahun 2004 Pemerintah menganugerahkan Gelar Pahlawan Nasional kepada KH. Ahmad Rifa'i dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
"Saya mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Kendal khususnya Bapk-Ibu semua, untuk terus berjuang,bekerja, berkarya menjadi pahlawan bagi diri sendiri, pahlawan bagi lingkungan, pahlawan bagi masyarakat maupun pahlawan bagi daerah dan negeri ini," terang Masrur.
Selanjutnya, oarang nomor dua di Kabupaten Kendal tersebut mengharapkan seluruh masyarakat Kendal untuk bergandengan tangan, bersatu padu, untuk selalu guyub dan rukun, serta menciptakan Kendal yang aman, damai dan kondusif. "Jangan mudah terpancing berbagai isu dan hasutan yang tidak bertanggung jawab (saling memfitnah), mengadu domba, yang mengarah pada perpecahan bersama. Berhati-hatilah dan selalu bijak dalam penggunaan media sosial, serta jangan mudah terprovokasi yang terjadi di media sosial, " pungkasnya.

Sementara itu, Prof. Dr. Abdul Jamil, MA dosen UIN Walisongo Semarang, sebagai narasumber utama di seminar nasional dalam rangka hari pahlawan tersebut menjelaskan, Dalam konteks kewilayahan hadirnya Kiai Rifa'i adalah aset Kabupaten Kendal yang mendapat pengakuan sebagai Pahlawan Nasional tahun 2004 karena jasanya sebagai pemikir dan penulis Islam yang dikenal pernyataan anti Belandanya. ( heDJ / Kominfo )


Sumber : 
https://kendalkab.go.id/berita/id/20171109001/gelar_seminar_nasional_kh_ahmad_rifai_pahlawan_nasional_dari_kendal
http://swarakendal.com/2017/11/09/pd-jamaah-rifaiyah-gelar-seminar-nasional-tentang-perjuangan-pahlawan-nasiolan-asal-kendal-kh-ahmad-rifai/



Posted on by PD RIFA'IYAH KENDAL | No comments

Dilantik, Pimpinan Daerah Rifa’iyah Kabupaten Kendal siap Bersinergi


KENDAL – Paska Musyda Rifa’iyah Kabupaten Kendal, yang salah satu agendanya adalah pemilihan ketua dan pengurus baru bagi Pimpinan Daerah Rifai’iyah Kendal masa khidmat 2016-2021, hari ini telah dilantik di Halaman Masjid Almuttaqin Desa Damarsari Kecamatan Cepiring Minggu (9/4). Dalam pelantikan itu, dihadiri Pimpinan Wilayah Rifa’iyah Jawa Tengah, Kiai Sudardji.
Ketua PD Rifa’iyah Kendal, H Nurudin mengatakan, dalam periode kali ini, pihaknya akan meningkatkan kegiatan-kegiatan Rifa’iyah dan akan mengadakan program penambahan cabang baru Rifa’iyah di Kabupaten Kendal. Selain itu, Nurudin mengatakan bahwa sekarang Rifa’iyah sudah tercatat sebagai ormas keagamaan resmi di Kabupaten Kendal, selain NU dan Muhammadiyah. “Marilah kita bersama bersinergi untuk mengembangkan Rifa’iyah di Kabupaten Kendal”, imbuhnya.
Sementara itu dalam arahannya PW Rifa’iyah Jateng, Kiai Sudardji menyampaikan agar warga Rifa’iyah harus tetap berpegang teguh pada ajaran Syaikh Ahmad Rifa’i, serta mengamalkan ajaran-ajaran yang ada dalam kitab karangan Syaikh Ahmad Rifa’i yang jumlahnya tidak sedikit.
Kiai Sudardji juga menyampaikan PD Rifa’iyah Kendal adalah pemimpin yang berkuasa untuk menjalankan organisasi, maka dari itu PD Rifa’iyah diharapkan menjalankan organisasi ini dengan amanah dan sungguh-sungguh. “Sebagi pemimpin yang berkuasa tentunya PD Rifa’iyah harus menjalankan organisasi sebagaimana dalam kitab Syaikh Ahmad Rifa’i saben ngalim kuasa amarnaha angira, sekira tan dadi fitnahe raja negara uga kanti duga wetara selamete dunya akhirat wajib kinira”, papar Kiai Sudardji.
Dalam acara pelantikan itu juga bersamaan dengan acara pengajian dalam rangka peringatan Isro’ Mi’roj Nabi Muhammad Saw. (red-LK20/lil)

Dikutip dari : http://liputankendal.com/2017/04/09/dilantik-pimpinan-daerah-rifaiyah-kabupaten-kendal-siap-bersinergi/
Posted on by PD RIFA'IYAH KENDAL | No comments

P R O F I L R I F A' I Y A H



P R O F I L   R I F A' I Y A H

Tokoh Sentral Rifa’iyah
Tokoh sentral Rifaiyah, Syekh Ahmad Rifa’ie,  adalah cucu KH Abu Suja atau Raden Sutjowidjojo, seorang Penghulu Landrat Kabupaten Kendal berasal dari keraton Yogyakarta. Beliau dilahirkan di Kendal pada tanggal 9 Muharrom 1200 H (1786 M), ayahnya bernama KH Muhammad Marhum dan ibunya bernama Siti Rochmah. Ketika berusia 6 tahun ayahnya Muhammad Marhum meninggal dunia, beliau diasuh oleh kakeknya KH Abu Suja, dua tahun berikutnya kakeknya meninggal lagi hingga tinggal bersama kakak perempuannya bernama Nyai Rajiyah, isteri KH Asy’ari, seorang pendiri pesantren Kaliwungu. Di tempat inilah Ahmad Rifai belajar ilmu hingga menjadi ulama muda yang energik.

Gurunya di Tanah Jawa
Di tanah Jawa Syekh Ahmad Rifa’ie berguru pada kakak iparnya yaitu KH Asy’ari. Beliau seorang ulama Dalem Keraton Mataram Yogyakarta, dilahirkan di Wanantara Jogja pada tahun 1746. Nama lengkapnya Asy’ari bin Ismail bin H Abdurrahman bin Ibrahim. Silsilah nasabnya sampai kepada Sayidina Ali bin Abi Thalib dan kepada Rasulullah SAW. KH Asy’ari lebih dikenal dengan nama Kyai Guru, beliau datang ke Kaliwungu pada tahun 1781 atas perintah Sultan Mataram Islam Yogya setelah mendalami ilmu di Mekah selama 10 tahun. KH Asy’ari bersahabat dengan KH Abu Sudja yang menjabat Penghulu landrat di Kendal dan kenal dengan KH Muhammad Marhum serta saudara-saudara KH Ahmad Rifa’ie. Pada tahun 1786 ketika usianya 40 tahun KH Asy’ari menikah dengan Nyai Radjiyah putri KH Muhammad Marhum. Beliau inilah kelak yang mendidik Syekh Ahmad Rifa’ie menjadi ulama muda yang terkenal wara, cerdas, tegas, kreatif dan berani. Syaekh Ahmad Rifa’ie berada dalam asuhan Syekh Asy’ari sejak usia 8 tahun, yaitu sejak KH Abu Suja meninggal pada tahun 1794 M hingga meneruskan pelajaran ke Mekah pada tahun 1230H atau 1816 M.

Gurunya di Tanah Arab
Seperti disebutkan di atas, sekitar tahun 1230H/1816M Kyai Muda Ahmad Rifa’ie berangkat ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji dan bermukim di sana untuk memperdalam ilmu agama Islam selama 8 tahun. Di tempat itu beliau berguru pada ulama-ulama madzhab Syafi’ie dan madshab Hanbali. Diantara gurunya yang bermadzhab Syafi’ie ialah Isa al-Barawie, nama lengkapnya Isa bin Ahmad bin Isa bin Muhammad Az-Zubairie Asy-Syafi’ie Al-Qahiri Al-Azharie. Sedangkan gurunya yang bermadzhab Hambali ialah Syekh Faqih Muhammad bin Abdul Aziz al-Jaishi. Menurut KH Ahmad Sadzirin Amin, Syekh Ahmad Rifa’ie setelah dari Mekah meneruskan pelajarannya ke Mesir selama 12 tahun, kemudian kembali mengajar di pesantren kakak iparnya di Kaliwungu Kabupaten Kendal Jawa Tengah.

Mendirikan Pesantren Kalisalak
Selanjutnya Syekh Ahmad Rifa’ie mendirikan pesantren di Kalisalak untuk mengajarkan membaca Al-Qur’an dan pokok-pokok agama Islam kepada masyarakat. Pada awalnya pesantren ini hanya dikunjungi santri dari daerah sekitar, kemudian berkembang luas, para santri datang dari berbagai peloksok tanah Jawa, termasuk dari tanah Pasundan (Jawa Barat). Murid pertama yang dapat dicatat sebagai penerus perjuangan dakwah dan pendidikannya sebanyak 50 orang. Murid-murid tersebut berasal dari Kendal, dari Semarang, Batang, Pekalongan, Wonosobo dan lain-lainnya. Mereka inilah generasi pertama yang menyebarkan Islam ke berbagai pelosok tanah air, termasuk ke tanah pasundan (Jawa Barat), kemudian diteruskan oleh murid-murid generasi kedua, generasi ketiga, keempat dan kalima. Sekarang santrinya menyebar hingga meliputi Jawa Tengah, Jawa Barat, Yogyakarta, DKI Jakarta, Banten, Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Riau Kepulauan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Papua. Dan dari dzuriyah (keturunan) Syekh Ahmad Rifa’ie dari kampung Jawa Tondano Kabupaten Minahasa tersebar di daerah Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku Utara, dan lainnya.

Karya-Karya & Perjuangannya
Syekh Ahmad Rifa’ie adalah ulama Jawa abad ke-19 M/13 H yang produktif. Karya-karyanya berbahasa Jawa yang dikenal dengan kitab Tarajumah lebih dari 69 judul kitab. Syekh Ahmad Rifa’ie melalui kitab-kitabnya itu banyak memberikan protes terhadap pemerintah colonial Belanda dan kritik terhadap ulama birokrat yang mau bekerjasama dengan penguasa kafir dan dzalim. Kata-kata raja kafir, raja dzalim, orang munafik, dan fasik selalu dilontarkan untuk menyebut birokrat yang pro penjajah dan menindas rakyat. Dengan aksinya ini Syekh Ahmad Rifa’ie dianggap telah menghasut rakyat melawan pememrintah. Di sisi lain aksinya itu menimbulkan kebencian di kalangan birokrat yang dituduh fasik karena bekerja untuk membantu kepentingan kaum penjajah.

Syekh Ahmad Rifa’ie memiliki pendiran yang kuat untuk menentang kaum penjajah yang bercokol di Tanah Air. Di sampan itu beliau mengecam kaum pribumi yang mau mengabdi kepada raja kafir. Kebencian tersebut disampaikan dalam berbagai kesempatan dakwah kelliling daerah sekitar Kendal, Batang, Pekalongan, Temanggung dan Wonosobo. Pendirian demikian telah dimulai sejak muda hingga beliau kembali dari Timur Tengah dan mengajar di Pesantren kakak iparnya di Kaliwungu. Akibatnya beliau diasingkan ke Kalisalak, sebuah kampung yang jauh dari kota, termasuk Kabupaten Batang Karesidenan Pekalongan. Di sanalah Syekh Ahmad Rifa’ie membangun sebuah pesantren untuk mengajar mengaji dan menyusun karya-karya yang menjadi pedoman pengajarannya.
Namun karena karya-karyanya dinilai menghasut rakyat untuk menentang pemerintah, maka setelah melalui proses peradilan di Kabupaten Batang, pada tahun 1859 beliau diasingkan ke Ambon, kemudian pada tahun 1861 dipindahkan ke Minahasa hingga wafat tahun 1875. Beliau dimakamkan di komplek pemakaman Kyai Modjo, berdekatan dengan makam Kyai Hasan Maulani asal dari Kabupaten Kuningan Cirebon. Syekh Ahmad Rifa’ie yang gigih menentang pemerintah colonial Belanda pada tahun 2004 dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudohyono.

Organisasi Rifaiyah
Organisasi Rifaiyah dengan tokoh sentral Syekh Ahmad Rifa’ie, secara the pacto telah ada semenjak Syekh Ahmad Rifa’ie membangun pesantren di Kalisalak pada tahun 1950-an. Akan tetapi secara resmi menjadi ormas Islam baru berdiri tahun 1991, yaitu setelah dideklarasikan oleh ulama dan cendekiawan Rifaiyah dalam Silaturahmi Nasional Pertama yang dilaksanakan di komplek Pondok Pesantren Al-Ishlah Arjawinangun Kabupaten Cirebon. Sebelumnya, pada tahun 1965 telah berdiri lembaga berbadan hukum, yaitu Yayasan Pendidikan Islam Rifaiyah (Yasrif) di Kabupaten Pemalang, yang disusul dengan berdirinya cabang-cabang di Kabupaten/Kota, terutama di Wilayah Jawa Tengah.

Latar Belakang Berdirinya Organisasi
Organisasi Rifaiyah lahir terinspirasi hasil Seminar Nasional “Mengungkap Pembaharuan Islam Abad XIX Gerakan Kiyai Haji Ahmad Rifa’ie, kesinambungan dan perubahannya” yang diselenggarakan di Balai Kajian Sejarah Yogyakarta tanggal 12–13 Desember 1990 dan semangat Festival Istiqlal 1991 di Jakarta. Seminar Nasional di Yogyakarta dihadiri nara sumber dari pakar sejarah Nasional dan Budayawan, antara lain Prof. Sartono Kartodirdjo, Dr. Kuntowidjojo, Drs. Tasyhadi (Kepala Balai Kajian Sejarah Yogyakarta), Adabi Darban, MA, Dr. Simuh (Rektor IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), dan lain-lain. Nara sumber internal Drs. Mukhlisin Muzarie, Drs. Mursidin Romli dan Chaeruddin Hasbullah. Seminar selama 2 (dua) hari dihadiri 200 orang peserta dari ormas Islam, Perguruan Tinggi dan Ulama Pondok Pesantren. Keputusan penting dari seminar tersebut menyimpulkan bahwa ilmu ushul, ilmu fikih dan ilmu tasawuf yang diajarkan oleh Syekh Ahmad Rifa’ie sesuai dengan faham Ahlussunnah Waljamaah. Dan seminar merekomendasikan warga Rifa’iyah agar mendirikan organisasi sebagai wadah perjuangan dan mengusulkan Syekh Ahmad Rifa’ie dianugerahi Pahlawan Nasional oleh Pemerintah. Sedangkan Festival Istiqlal di Jakarta warga Rifaiyah menampilkan berbagai karya Syekh Ahmad Rifa’ie dan kebudayaan Jawa (Terbang). Warga Rifaiyah turut membuka stand selama 5 (lima) hari dengan membagi-bagikan brosur tentang gerakan Syekh Ahmad Rifa’ie kepada para pengunjung. Stand Rifaiyah setiap hari mendapat kunjungan beribu-ribu orang dari dalam dan dari luar negeri sehingga karya-karya Syekh Ahmad Rifa’ie dikenal oleh masyarakat luas. Secara keseluruhan kegiatan tersebut menginspirasi berdirinya organisasi Rifaiyah sebagai wadah perjuangan untuk melestarikan dakwah dan pendidikan Syekh Ahmad Rifa’ie.

Kepengurusan PP Rifa’iyah
Kepengurusan periode pertama (1991-1997) dipimpin oleh KH. Muhammad Saud Al-Arba’ie sebagai Ketua Umum dan KH Ahmad Sadzirin Amin sebagai Sekretaris Jenderal. Periode kedua dan ketiga (1997-2004 & 2004-2008) dipimpin oleh Ketua Dewan Syuro KH Munawir Ridhwan dan Sekretaris Dewan Syuro Prof. Dr. KH. Abdul Jamil, MA, Ketua Umum KH Ahmad Sadzirin Amin dan Sekretaris Jenderal H. Mukhlisin Muzarie. Dan periode keempat (2008-2013) dipimpin oleh Ketua Dewan Syuro KH Ahmad Sadzirin Amin dan Sekretaris Dewan Syuro Prof. Dr. KH Abdul Jamil, MA, Ketua Umum Dr. H. Mukhlisin Muzarie, M.Ag dan Sekretaris Jendelal H. Imam Ghozaly, S.Ag. Namun karena KH Ahmad Sadzirin Amin wafat dan Prof. Dr. KH Abdul Jamil, MA pindah tugas. semula menjabat Rektor IAIN Walisongo Semarang kemudian menjabat Kepala Litbang Agama (kemudian menjabat Direktur Jenderal Bimas Islam, kemudian menjabat Direktur Jenderal Penyelenggaraan Ibadah Haji) Kementerian Agama di Jakarta, maka berdasarkan hasil Muspim tahun 2011 yang membahas pergantian antar waktu, jabatan Ketua Dewan Syuro ialah KH Muhammad Amin Ridho dan Sekretaris Dewan Syuro H. Nurzuhad, SE. Selanjutnya berdasarkan hasil Muktamar VIII tahun 2013 di Kabupaten Pekalongan, Ketua Dewan Syuro terpilih KH Muhammad Amin Ridho dan sekretaris Dewan Syuro K. Ma’ruf Sabrawi, Ketua Umum terpilih Dr. H. Mukhlisin Muzarie, M.Ag dan sekretaris Jenderal H. Imam Ghozali.

Wilayah Binaan
Wilayah binaan Pimpinan Pusat Rifa’iyah sekarang meliputi 24 propinsi, yaitu propinsi Jawa Tengah, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, Banten, Jawa Timur, Bali, Lampung, Sumatera Selatan, Sulawesi Utara, Bangka Belitung, Bengkulu, Riau, Kepulauan Riau (Kepri), Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, dan Papua Barat. Termasuk daerah Kabupaten/Kota yang telah terbentuk.

Problem Sekretariat
Pimpinan Pusat Rifaiyah hingga saat ini belum memiliki kantor yang representative. Semenjak dideklarasikan di Cirebon tahun 1991 hingga Muktamar ke8 Tahun 2013 di Kabupaten Pekalongan sesuai Anggaran Dasarnya bahwa Organisasi Rifaiyah berkedudukan di Batang Jawa Tengah. Sejak saat itu hingga sekarang Kantor Pimpinan Pusat menggunakan rumah seorang Pengurus Pusat, KH Ali Nahri, beralamat di Jl. Perintis Kemerdekaan Nomor 17 Karanganyar Batang Propinsi Jawa Tengah.

Pada tahun 2011 berhasil membebaskan tanah seluas 600 m2 di pusat Kota Pekalongan tetapi hingga sekarang belum dapat membangun. Tahun sebelumya berusaha membeli gedung KOPTI di kota Batang, tetapi akhirnya dialihkan ke pihak lain. Sebagai Kantor Sementara di Ibu Kota, PP Rifaiyah beralamat di Komplek Masjid Baiturrahman Cempaka Putih Jakarta Pusat.


Penulis : KH.Dr.Mukhlisin Muzarie, M.Ag.,
(Ketua umum PP.RIFA'YAH)
Posted on by PD RIFA'IYAH KENDAL | No comments

Selasa, 14 November 2017

INSPIRASI PAGI "PINGIN PUNYA ANAK SHOLIH PEMBERANI"

PD RIFA'IYAH KENDAL

Inspirasi Pagi Bagi Para Jomblo

PINGIN PUNYA ANAK SHOLIH PEMBERANI...?

Seorang yang bernama Najmuddin Ayyub belum menikah dalam waktu lama, sehingga saudaranya yang bernama Asaduddin bertanya kepadanya : "Wahai saudaraku, kenapa kamu belum menikah?". Najmuddin menjawab : 
"Aku belum mendapatkan wanita yang tepat buat aku."

Asaduddin berkata lagi : "Maukah kamu aku carikan untuk kamu?" Ia menjawab : "Siapa?" Asaduddin berkata : Anaknya raja Muhammad bin Assalajauqi atau Anaknya Menteri raja

Najmuddin menjawab : Mereka tidak tepat buat aku, Itu jawaban membuat Asaduddin merasa heran dengan Najmuddin

Dan Ia berkata : Kalau begitu siapa yang tepat buat kamu? Najmuddin menjawab : aku hanya  menginginkan seorang istri yang solehah yang bisa mengajak aku untuk masuk ke dalam surga dan mempunyai anak darinya yang ia bisa mendidik anaknya dengan baik sampai dewasa anak tersebut dan anak itu menjadi penolong dan mengajak kaum muslimin ke tempat yang mulia.

Inilah cita-cita Najmuddin.
Kemudian Asaduddin bertanya kepadanya : "Dari mana kamu bisa mendapatkan itu?" Maka Najmuddin menjawab : "Siapa yang mempunyai niat yang baik karena Allah SWT, maka akan diberikan rezki seperti itu".

Dan pada suatu hari Najmuddin sedang duduk bersama salah satu dari gurunya di dalam masjid. 

Maka datanglah seorang perempuan yang masih muda dan ia memanggil guru tersebut  belakang tabir dan sang guru meminta izin kepada Najmuddin untuk ia menjawab perkataan perempuan tersebut

Najmuddin mendengar apa yang dikatakan oleh sang guru kepada perempuan itu : " Kenapa kamu menolak satu pemuda yang aku perintahkan untuk datang ke rumah kamu dan meminta kamu, Maka perempuan itu menjawab : Wahai Guru, Dia memang pemuda yang baik karena ganteng dan punya kedudukan akan tetapi aku merasa dia tidak tepat buat aku.

Sang guru bertanya kepada perempuan itu : "Apa yang kamu inginkan?" Maka perempuan itu menjawab : "Aku menginginkan pemuda yang bisa mengajak aku ke syurga dan memberikan aku anak yang soleh dan bisa menjadi penolong dan pengajak kaum muslimin ketempat yang mulia".

Sang guru pun terkejut dan ia mengucapkan kalimat "Allahu Akbar" itu ucapan yang sama dengan ucapan Najmuddin kepada saudaranya.
Najmuddin menolak anak raja, anak menteri padahal mereka mempunyai kedudukan dan keindahan, begitu pun ini perempuan menolak pemuda yang ganteng dan mempunyai kedudukan. Mereka berdua hanya ingin mendapatkan pasangan yang bisa membawa ke syurga dan mempunyai anak yang soleh yang menjadi penolong dan pengajak kaum muslim ketempat mulia.

Akhirnya Najmuddin berdiri dan ia berkata Wahai guru aku ingin menikah dengan perempuan ini!!! Sang guru berkata : Dia anaknya orang miskin. Najmuddin menjawab : Tidak masalah karena inilah yang aku harapakan dari pasangan.

Akhirnya menikahlah Najmuddin dengan perempuan tersebut kemudian mereka mempunyai anak yang diberikan nama SOLAHUDDIN AL-AYYUBI (Panglima besar Islam dalam perang salib)

Ini semua berkat karena niat yang baik dan ikhlas karena Allah SWT.
Mudah-mudahan ini pelajaran yang sangat berharga buat kita dan anak kita kelak.
Posted on by PD RIFA'IYAH KENDAL | 1 comment